Kamis, 29 Mei 2008

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG


Lagi-lagi kita dihadapkan kepada beberapa kelompok orang yang meragukan keberadaan organisasi Kepramukaan. Mereka anggap kegiatan ini kurang bermanfaat, cuma main-main, lalu mereka tidak peduli, cuek dan menganggap remeh.

Apa sebenarnya penyebabnya? jawabannya mudah saja, karena mereka tak kenal maka mereka tak sayang. Mari sama-sama kita cermati dengan harapan agar Pramuka lebih diakui keberadaannya dan yang penting lebih dicintai dan disayangi.

Kepramukaan merupakan:

  1. Pendidikan sepajang hayat

Pendidikan sepanjang hayat merupakan pendidikan yang mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi di sekolah maupun dalam keluarga. Mengembangkan pengetahuan, minat untuk melakukan penjelajahan, penelitian, penemuan dan keingintahuan, melalui kepramukaan mereka akan menemukan dunia lain di luar kelas, saling bertukar pendapat, pengetahuan, ketrampilan maupun pengalaman. Jadi tanpa terasa mereka terlibat dalam proses pendidikan secara terus menerus atau berkelanjutan.

  1. Kegiatan bagi kaum muda

Kepramukaan merupakan aktifitas yang dinamis, yang selalu bergerak maju dalam bentuk kegiatan bagi kaum muda yang selalu berubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

  1. Bersifat Internasional

Kegiatan kaum muda tersebut tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga secara Internasional, dengan memupuk persaudaraan yang mempunyai tujuan akhir adalah perdamaian dunia.

  1. Terbuka bagi siapa saja

Sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metodik Kepramukaan, oleh Lord Baden Powel, Bapak Pandu Dunia, kepramukaan itu terbuka bagi siapa saja tanpa memandang ras, agama, golongan maupun suku.

  1. Rekreasi yang edukatif

Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, kepramukaan menggunakan sistem rekreasi. Bagi anak didik, kegiatan kepramukaan harus terasa sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik dan tidak membosankan.

  1. Tantangan bagi orang dewasa

Di sini orang dewasa adalah para pembina pramuka. Mereka ditantang untuk membantu kaum muda mendapat kesempatan dan pengalaman berharga dalam meningkatkan sumber daya atau potensi yang dimilikinya melalui pembinaan interaksi dan saling pengertian terhadap kaum muda.

  1. Bersifat sukarela

Yang ingin menjadi pramuka sejati baik kaum muda maupun orang dewasa, hendaklah atas dasar kemauan sendiri tanpa dipaksa orang lain. Hal ini merupakan ketentuan di seluruh dunia sehingga dapat diterima sebagai anggota WOSM. Seorang Pramuka sejati adalah pramuka yang secara sukarela menerima dan menerapkan ketentuan moral Gerakan Pramuka berupa kode kehormatan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma yang dengan sukarela mengucapkan dan mengamalkannya.

  1. Non politik dan non pemerintah

Sebagai organisasi pendidikan, tidak menjadi bagian atau mewakili partai politik atau organisasi apapun termasuk pemerintah dan instansinya. Namun para pramuka didorong untuk memberikan pengabdian yang konstruktif kepada masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu setiap pramuka disiapkan menjadi warga negara yang bermoral tinggi, sehat mental dan fisiknya.

  1. Memiliki metode yang fleksibel

Tujuan pembinaan kepramukaan adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia, potensi, akhlak dan budi pekerti kaum mudanya dengan cara:

    1. Mengamalkan kode kehormatan Pramuka.
    2. Belajar sambil melakukan, peserta didik ikut berperan aktif bersama rekan-rekannya dalam setiap kegiatan yang diikuti.
    3. Kegiatan dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan, ketrampilan kelompok, team work dan rasa tanggung jawab pribadi.
    4. Kegiatannya berupa hal-hal yang memberikan dorongan sesuai dengan kepentingan, minat dan kebutuhan kaum muda. Contonya: kegiatan di alam terbuka akan memupuk kecintaan mereka terhadap kekayaan alam, akan menimbulkan petualangan dan tantangan bagi mereka. Dengan cara memberikan anugerah karya akan lebih mendorong peserta didik untuk berkarya.

  1. Sebagai norma hidup

Sebagai proses pendidikan, kepramukaan merupakan norma hidup yang mengandung:

    1. Lingkup spiritual, di mana proses pendidikannya mengupayakan agar mengutamakan nilai kehidupan spiritual di atas kehidupan material.
    2. Lingkup sosial, peserta didik didorong untuk ikut berpartisipasi aktif di dalam lingkungan masyarakat, menghargai orang lain, memupuk kerjasama dan saling pengertian. Turut mempromosikan kerukunan dan perdamaian nasional maupun Internasional.
    3. Lingkup pribadi, memupuk rasa tanggung jawab yang tinggi.

Penulis : Sri Hendana

Tidak ada komentar: