Kamis, 29 Mei 2008

PRAMUKA : dahulu, kini dan esok


Sebuah wacana yang pernah diangkat dan diseminarkan oleh teman-teman di Dewan Kerja Ranting Tangerang, menggugah pemikiran saya untuk membuat suatu formula baru bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Formula yang dimaksud adalah sebuah formula berpikir Pramuka Penegak atau menjadi yang menegakkan dan Pramuka Pandega atau mengayomi, membimbing (memandegani). Tapi lagi-lagi kita terbentur pada paradigma yang ada saat ini bahwa Pramuka Penegak hanyalah anak-anak sekolah yang tidak harus berpikir kritis karena Pramuka Penegak atau junior tinggal menerima instruksi dari senior. Hal ini merupakan penjajahan gaya baru dalam dunia kepramukaan dan sudah mengakar sejak organisasi Gerakan Pramuka berdiri.

Pola pola pendidikan penjajah dahulu masih lekat dalam pola pendidikan kepramukaan. Dengan dalih kedisiplinan, para senior mempeloncokan junior-junior mereka ketika hendak masuk menjadi Pramuka Penegak.

Banyak kekerasan fisik yang dimainkan dalam rangka melatih disiplin, sehingga tak jarang ada orang tua mengeluh atau bahkan si anak yang tadinya ingin mengikuti kegiatan kepramukaan, mengurungkan niatnya karena hal tersebut.

Dilain pihak, masyarakat memandang bahwa kepramukaan tak lebih dari militerime di dalam dunia pendidikan. Hal ini menurunkan citra dari Gerakan Pramuka sebagai gerakan pendidikan kaum muda di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga.

Banyak penyimpangan yang terjadi dalam hal pembinaan dalam Gerakan Pramuka khususnya di golongan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang disebabkan oleh ketidakpahaman Pembina Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam membina . Dan pembinaan pun diserahkan kepada kakak kelas mereka yang notabennya pun hanya bermotifkan balas dendam kepada adik-adik kelas mereka.

Sebelum saya teruskan, saya kembalikan kembali pada judul di atas Pramuka : dahulu, kini dan esok.

Untuk dapat mengkomparasikan Pramuka : dahulu, kini dan esok, kita harus melihat profil dari dahulu, kini dan esok Gerakan Pramuka.

Mari kita kaji seperti apakah Pramuka dahulu, lalu seperti apakah Pramuka kini dan akan seperti apakah Pramuka esok ? dalam kaitannya lebih terfokus pada Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Mari coba kita bayangkan masa waktu kita kecil dahulu dimana saat kita dilahirkan ke dunia ini masihlah seorang bayi mungil dan tak tahu apa-apa mengenai dunia ini dan kehidupannya. Orang tua kita selalu merawat kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Apapun pasti akan diberikan oleh orang tua kita demi anaknya tersayang.

Hari demi hari terus berlalu dan kita pun semakin tumbuh, tentunya dengan perawatan orang tua kita. Saat kita mulai belajar telungkup, kita tak bosan-bosannya mencoba sambai bisa. Saat sudah bisa telungkup kita pun mulai belajar merangkak dan sampai akhirnya kita belajar berdiri. Semua itu tanpa kita sadari merupakan sebuah perubahan yang sangat berarti bagi hidup kita sampai saat ini. Coba bayangkan kalau kita berhenti untuk belajar berdiri, mungkin sampai saat ini pun kita tidak bisa berdiri apalagi berjalan dengan menggunakan kedua kaki kita. Semua yang kita lakukan dahulu atas dorongan dan bimbingan orang tua kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita.

Semua bergulir seiring usia kita bertambah, dan bertambah pula apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan ini. Sedikit demi sedikit tapi pasti kita semua mengalami perubahan dan pertumbuhan. Sampai kita dewasa, kita masih terus belajar. Mencari identitas diri adalah hal yang pasti kita temui dalam kehidupan ini. Kita pun selalu dihadapkan pada pilihan mau kemana kita setelah ini. Semua itu adalah pembelajaran yang alamiah pasti akan dialami oleh setiap manusia. Tergantung bagaimana si manusia itu menyikapinya.

Nah, dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua yang kita lakukan adalah pembelajaran bagi kita. Dan pembelajaran pasti akan membawa perubahan buat diri kita. Dan setiap perubahan merupakan pilihan kita yang mesti kita pilih dan kita taati konsekuensi dari setiap pilihan kita.

Begitu pula dalam Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega harus dapat menyikapi setiap perubahan yang terjadi dengan bijak dan tentunya dalam menyikapi perubahan tersebut tergantung pada pola pikir Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega itu sendiri. Apa yang diyakininya baik pasti akan dia pilih. Namun jika kita melihat kenyataan yang ada, banyak sekali hal-hal yang keluar dari koridor yang sudah dipilih atau dengan kata lain banyak penyimpangan terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan buat kita semua, mengapa semua ini bisa terjadi? apa sih yang menjadi penyebab utamanya ? sehingga banyak sekali penyimpangan terjadi.

Untuk mengetahui itu semua kita perlu melihat kembali sejarah mengapa Gerakan Pramuka itu muncul.

A. Pramuka dahulu (masa lalu).

o Awal Kepramukaan di Indonesia

Masa Hindia Belanda

Kenyataan sejarah menunjukan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang bhineka.

Organisasi Kepanduan di Indonesia dimulai adanya cabang “Nederlands Padvinders Organisatie (NPO)” pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki Kwartir Besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV)” pada tahun 1916.

Organisasi Kepramukaan yang diprakasai oleh bangsa Indonesia adalah “Javaanse Panvinders Organisatie (JPO)”, berdiri atas prakarsa S.P Mangkunegara VII pada tahun 1916.

Kenyataan bahwa kepramukaan itu senafas dengan pergerakan nasional seperti tersebut di atas, dapat diperhatikan pada adanya “Padvinders Muhammadiyah” yang pada tahun 1920 berganti nama menjadi “Hisbul Wathon (HW)”; “Nationale Padviderij” yang didirikan oleh Budi Utomu; Syarikat Islam Afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “ Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan olej Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia” merupakan federasi dari Pandu kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS.

PAPI kemudian berkembang menjadiBadan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan april 1938.

Antara tahun 1928 – 1935 bermunculan Gerakan Kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafaskan agama. Kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat seperti Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama seperti Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) merencanakan “All Indonesian Jamboree”. Rencana ini mengalami beberpa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon

“Dai Nippon” ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia,termasuk gerakan kepanduan dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberpa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta danbersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, ini menunjukan pembentukan satu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desmber 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dantokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai Patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya.di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan itu. Pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan no. 2344/Kab. Tertanggal 6 September 1951, dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan no. 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.

Mungkin agak aneh juga kalau kita renungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2344/Kab. Itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konferensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 september 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia ) sebagai suatu federasi.

Pada tahun 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota Kepanduan sedunia.

IPINDO merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden Powell ke Indonesia dalam perjalanan ke Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 10, IPINDO menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955 di jakarta.

IPINDO sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan kepanduan yang ada dapat dipersatukan. Setahunkemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.

Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT, Makiling Filipina.

Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

o Kelahiran Gerakan Pramuka

Latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, kita perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan, kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepadan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan pasal 330. C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemeintah untuk mendirikan Pramuka (pasal 349 ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (lampiran C ayat 8).

Ketetapan itu memberi keajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut PRAMUKA. Presiden juga menunjuk panitian yang terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr. A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu suatu pengesahan dan kemudian terbitlah keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia PembantuPelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan keputusan Presiden itu.

Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI No. 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :

1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.

Diterbitkannya Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.

Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.

2. Pelantikan Mapina, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Kepres RI No. 238 tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran dasar Geakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan pimpinan pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnari 8 orang.

Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Kepres RI No. 447 tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinan menjadi 70 orang dengan rincian 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan wakil ketua I, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan wakil ketua II, Brigjend TNI DR. A. Azis Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr. A. Azis Saleh sebagai wakil ketua merangkap ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapina, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana Negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Kepres No. 448 tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamenkubuwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dikenal sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Itulah gambaran tentang mengapa Gerakan Pramuka muncul dan didirikan atau saya menyebutnya sebagai Pramuka tempo dulu atau Pramuka masa lalu.

Sekarang mari kita kembali pada masa ini setelah kita menjelajahi masa lalu dari organisasi yang kita ikuti ini.

B. Pramuka kini

Merujuk dan mengutip pada sebuah tulisan yang disampaikan dalam seminar sehari Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega oleh salah seorang pembicara yang merupakan tokoh pendidikan, bahwa memang kondisi dari Gerakan Pramuka saat ini mengalami kecenderungan menurun baik dari kuantitas maupun kualitas. Hal ini merupakan dampak dari era globalisasi yang tengah bergulir saat ini. Globalisasi memberikan dampak yang sangat tajam terhadap berbagai aspek terutama dunia pendidikan. Meskipun mengandung dampak positif, globalisasi juga membawa muatan negatif, hal yang paling memprihatinkan adalah merebaknya pola pikir dan pola hidup sekuler, individualistis, materialistis, liberal kapitalis, dimana-mana hal tersebut ternyata dapat mengurangi dan mengikis nilai-nilai kesetiakawanan dan persaudaraan.

Dan lebih mengarah kepada akibat dari kekurang siapan para anggota Pramuka dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Di Indonesia, Gerakan Pramuka sejak berdirinya sampai dengan tahun 1998 mengalami banyak sekali kemajuan karena mendapat perhatian yang cukup besar dari Pemerintah masa orde baru yang berkuasa. Namun sejak bergulirnya reformasi hal ini berubah, sehingga Gerakan Pramuka harus mandiri dalam mengelola rumah tangga organisasinya. Jika selama ini mendapat dukungan berupa bantuan materi saat ini sudah tidak lagi. Dan ini membawa dampak yang berpengaruh dalam lingkungan Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka saat ini harus mengambil posisi nyata sebagai organisasi yang mandiri dan juga dituntut untuk menyikapi berbagai perubahan tersebut dengan memunculkan berbagai kegiatan yang dapat menjadi alat pemersatu bangsa yang disesuaikan dengan kondisi daerah, disamping kegiatan yang menjadi core-nya selama ini.

Kita semua mengakui bahwa selama ini Pramuka hampir tidak pernah absent dalam kegiatan kemasyarakatan, namun kehadirannya saat ini tidak lagi dirasakan seperti dulu, banyak Gugus Depan yang berpangkalan di sekolah-sekolah maupun di luar sekolah, jumlah anggotanya semakin tahun semakin menurun karena berbagai sebab diantaranya yang berasal dari intern organisasi , yaitu :

a. Kegiatan Pramuka tidak lagi dapat menarik antusiame anggota maupun calon anggota, khususnya pada jenjang sekolah lanjutan.

b. Munculnya organisasi-organisasi kepemudaan lain di sekolah, yang lebih menarik minat anggota muda, seperti Paskibra, Pecita Alam, dll.

c. Kurang berfungsinya Majelis Pembimbing.

d. Kwartir Cabang belum menyelenggarakan tugas dan tanggung jawabnya dengan optimal.

e. Kurangnya tenaga Pembina dan pelatih yang handal.

f. Rendahnya frekwensi kegiatan pada tingkat Kwaran dan Kwarcab.

Di samping itu berbagai tantangan eksternal pun ikut mempengaruhi kondisi Gerakan Pramuka saat ini.

Kemajuan teknologi yang pesat membuat perbatasan antar negara menjadi terbuka lebar (borderless), perjanjian dan fakta perdagangan multi nasional (WTO) membuat Negara-negara “dipaksa” untuk membuka berbagai proteksi yang selama ini dilakukan, baik proteksi industri maupun proteksi sumber daya manusia, setiap Negara yang terikat kepada perjanjian tersebut wajib untuk membuka secara luas akses terhadap berbagai potensi yang dimilikinya, menutupinya akan membuat suatu Negara dikucilkan, baik secara politik maupu ekonomi. Dengan terbukanya akses tersebut maka, arus barang dan jasa dari berbagai belahan dunia akan masuk dengan mudahnya dan bersaing dengan produk lokal. Produsen lokal yang tidak siap denga kondisi ini akan kalah di medan perang produk, yang akhirnya mereka akan menutup perusahaannya. Hal ini mengakibatkan bertambahnya jumlah tenaga pengangguran.

Sementara secara makro ekonomi pasca reformasi, Indonesia mengalami masa yang kelabu, fundamental ekonomi sampai saat ini masih menjalani recovery. Belum lagi krisi multidimensi dengan ekses negatifnya membawa reformasi menjadi kebabalasan.

Tingkah laku para politisi, angka pengangguran yang tinggi, berbarengan dengan peningkatan kriminalitas yang makin brutal, sindrom kekerasan menguat, surat kabar sekarang memberitakan pornografi dengan tanpa pertimbangan, apakah berita dan gambar yang dimuatnya akan dibaca oleh anak di bawah umur atau tidak. Gaya hidup konsumtif dan mewah berlebihan cenderung makin menguat dan cepat diikuti oleh generasi muda yang sedang mencari nilai-nilai dalam proses pencarian jati diri, yang tidak siap berkompetisi akan menjadikan narkoba sebagai alat pelarian dari kesulitan yang menghimpit, atau kemudian menjadikan sesuatu sebagai “Tuhan” dengan bantuan mistik perdukunan, alam piker bangsa kita saat ini di ajak kembali ke jati diri bangsa sebelum datangnya berbagai ajaran agama yakni animisme.

Setelah kita menyimak pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa memenangkan persaingan di tengah tekanan arus globalisasi bukan perkara mudah, tanpa persiapan matang, ketekunan dan motivasi diri, persaingan mustahil dapat dimenangkan. Untuk itu kegiatan pendidikan dan pelatihan Gerakan Pramuka khususnya untuk Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar tidak ditinggalkan anggota, maka program kegiatan harus mulai ditinjau ulang dengan melakukan penekanan kepada :

a. Belajar Mengetahui (Learning to Know)

Anggota dirangsang untuk memiliki pengetahuan umum yang luas, dan dapat bekerjasecara mendalam pada segala bidang, mencakup belajar untuk belajar, agar dapat membaca dan menangkap peluang-peluang untuk survive.

b. Belajar berbuat (Learning to Do)

Anggota dirangsang untuk memperoleh kecakapan/ketrampilan kerja. Berbagai kegiatan yang sifatnya membangun jiwa entrepreneurship harus lebih dikedepankan.

c. Belajar Menjadi (Learning to Be)

Ini penting dilakukan agar anggota dapat lebih mengembangkan moral dan etika serta watak dan tanggung jawabnya.

Berbagai materi pelatihan yang usang harus mulai diganti dengan materi pelatihan yang dapat menyiapkan anggota untuk memasuki kehidupan sebenarnya, karena inti dari setiap diklat adalah menjadikan peserta dapat masuk kedunia sebenarnya dan bermanfaat, bukan saja bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakat sekitarnya.

C. Pramuka esok

Setelah kita membahas Pramuka masa lalu dan masa kini, maka sekaranglah waktunya kita menentukan bagaimana Pramuka masa esok. Dengan berbekal pengalaman dan bahan-bahan pengetahuan, kita sebagai Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega ataupun sebagai anak dan Pemuda Indonesia harus sudah memulai merancang masa depan.

Pramuka Penegak sebagai bagian dari peserta didik dan anggota muda dalam Gerakan Pramuka dan Pramuka Pandega sebagai anggota dewasa muda memiliki arti strategis bagi pencapaian tujuan Gerakan Pramuka, hal ini karena Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah jenjang terakhir dan bagian dari generasi muda Indonesia yang merupakan kader-kader potensial bagi pembinaan dan pengembangan Gerakan Pramuka serta tumpuan harapan bangsa di masa yang akan dating.

Pendidikan yang diselenggarakan Gerakan Pramuka merupakan pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, hal ini adalah salah satu bentuk aplikasi pendidikan berwawasan global, karena Gerakan Pramuka adalah a movement of self education for young people. The young member is the primary “actor” in the educational process.

Self Education memiliki empat pilar pendidikan yaitu ; Learning to Know, Learning to Do, Learning to Live Together dan Learning to Be. Usia Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah usia remaja (yang berangkat dewasa). Usia ini ditandai dengan beberapa perkembangan yang terdapat dalam diri, yaitu ; perkembangan moral, perkembangan intelektual, perkembangan emosi dan perkembangan sosial, WOSM menyebut periode pertumbuhan ini sebagai the age of strong emotions.

Latar belakang pendidikan remaja usia Penegak sangat bervariasi, sehingga satuan bina yang ada seharusnya bisa memiliki iklim pembelajaran yang menyenangkan, namun saat ini hal tersebut sangat sulit ditemui.

Perkembangan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega saat ini jika diukur dengan parameter apapun akan selalu menunjukan kecenderungan yang menurun, hal tersebut mungkin saja akibat dari beberapa sebab seperti ; Pramuka tidak lagi menarik, Pramuka tidak lagi memberikan kesempatan kepada remaja dan pemuda untuk berperan/berkiprah secara total, Pramuka tidak lagi memberikan kebanggaan, Pramuka tidak lagi memberikan kegiatan yang trendi, Pramuka tidaklagi memebrikan peluang untuk membangun potensi dan kapasitas diri, Pramuka tidak lagi berperan sebagai fasilitator yang mencerminkan keberpihakan sosial yang kuat, dll.

Namun demikian permasalahan tantangan itu dapat dihadapi yaitu dengan membuat rumusan baru tujuan pembinaan Pramuka Indonesia masa depan yang akan mencetak kader pemimpin yang sejak dini digembleng sebagai Pramuka yang sanggup dengan penuh rasa persatuan dan kesatuan, dengan kemampuan bermasyarakat secara lugas serta dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang berkepribadian, berwatak tangguh dan memiliki karakter yang kuat.

Proses itu dapat dimulai dengan pembaharuan program dan kegiatan untuk mengembangkan serta memperkuat basis pembinaan yang selama ini berorientasi ke sekolah dengan program, kegiatan dan pembinaan yang berorientasi kepada masyarakat.

Proses selanjutnya yaitu memberdayakan anggota muda sebagai partisipan atau peserta aktif, hal ini memerlukan perubahan sikap yang memposisikan anak muda sebagai peserta didik absolute menjadi peserta aktif yang secara bertahap dan bergantian mendapat kesempatan untuk bertindak sebagai pelaksana pendidikan sebagai subjek atau pemimpin minimal dalam kelompoknya.

Dengan berbekal pengetahuan di atas kini saatnya kita merancang masa depan Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Dalam merancang masa depan, kita harus memiliki gambaran masa depan yang diinginkan (visi), kemudian setelah memiliki gambaran tersebut kita buat pencapaiannya melalui tahapan-tahapan strategis (misi) dan tahapan strategis tersebut dijabarkan melalui rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penulis : Sri Hendana

Tidak ada komentar: