Kamis, 29 Mei 2008

PRAMUKA : dahulu, kini dan esok


Sebuah wacana yang pernah diangkat dan diseminarkan oleh teman-teman di Dewan Kerja Ranting Tangerang, menggugah pemikiran saya untuk membuat suatu formula baru bagi para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Formula yang dimaksud adalah sebuah formula berpikir Pramuka Penegak atau menjadi yang menegakkan dan Pramuka Pandega atau mengayomi, membimbing (memandegani). Tapi lagi-lagi kita terbentur pada paradigma yang ada saat ini bahwa Pramuka Penegak hanyalah anak-anak sekolah yang tidak harus berpikir kritis karena Pramuka Penegak atau junior tinggal menerima instruksi dari senior. Hal ini merupakan penjajahan gaya baru dalam dunia kepramukaan dan sudah mengakar sejak organisasi Gerakan Pramuka berdiri.

Pola pola pendidikan penjajah dahulu masih lekat dalam pola pendidikan kepramukaan. Dengan dalih kedisiplinan, para senior mempeloncokan junior-junior mereka ketika hendak masuk menjadi Pramuka Penegak.

Banyak kekerasan fisik yang dimainkan dalam rangka melatih disiplin, sehingga tak jarang ada orang tua mengeluh atau bahkan si anak yang tadinya ingin mengikuti kegiatan kepramukaan, mengurungkan niatnya karena hal tersebut.

Dilain pihak, masyarakat memandang bahwa kepramukaan tak lebih dari militerime di dalam dunia pendidikan. Hal ini menurunkan citra dari Gerakan Pramuka sebagai gerakan pendidikan kaum muda di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga.

Banyak penyimpangan yang terjadi dalam hal pembinaan dalam Gerakan Pramuka khususnya di golongan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang disebabkan oleh ketidakpahaman Pembina Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam membina . Dan pembinaan pun diserahkan kepada kakak kelas mereka yang notabennya pun hanya bermotifkan balas dendam kepada adik-adik kelas mereka.

Sebelum saya teruskan, saya kembalikan kembali pada judul di atas Pramuka : dahulu, kini dan esok.

Untuk dapat mengkomparasikan Pramuka : dahulu, kini dan esok, kita harus melihat profil dari dahulu, kini dan esok Gerakan Pramuka.

Mari kita kaji seperti apakah Pramuka dahulu, lalu seperti apakah Pramuka kini dan akan seperti apakah Pramuka esok ? dalam kaitannya lebih terfokus pada Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Mari coba kita bayangkan masa waktu kita kecil dahulu dimana saat kita dilahirkan ke dunia ini masihlah seorang bayi mungil dan tak tahu apa-apa mengenai dunia ini dan kehidupannya. Orang tua kita selalu merawat kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Apapun pasti akan diberikan oleh orang tua kita demi anaknya tersayang.

Hari demi hari terus berlalu dan kita pun semakin tumbuh, tentunya dengan perawatan orang tua kita. Saat kita mulai belajar telungkup, kita tak bosan-bosannya mencoba sambai bisa. Saat sudah bisa telungkup kita pun mulai belajar merangkak dan sampai akhirnya kita belajar berdiri. Semua itu tanpa kita sadari merupakan sebuah perubahan yang sangat berarti bagi hidup kita sampai saat ini. Coba bayangkan kalau kita berhenti untuk belajar berdiri, mungkin sampai saat ini pun kita tidak bisa berdiri apalagi berjalan dengan menggunakan kedua kaki kita. Semua yang kita lakukan dahulu atas dorongan dan bimbingan orang tua kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita.

Semua bergulir seiring usia kita bertambah, dan bertambah pula apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan ini. Sedikit demi sedikit tapi pasti kita semua mengalami perubahan dan pertumbuhan. Sampai kita dewasa, kita masih terus belajar. Mencari identitas diri adalah hal yang pasti kita temui dalam kehidupan ini. Kita pun selalu dihadapkan pada pilihan mau kemana kita setelah ini. Semua itu adalah pembelajaran yang alamiah pasti akan dialami oleh setiap manusia. Tergantung bagaimana si manusia itu menyikapinya.

Nah, dari ilustrasi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua yang kita lakukan adalah pembelajaran bagi kita. Dan pembelajaran pasti akan membawa perubahan buat diri kita. Dan setiap perubahan merupakan pilihan kita yang mesti kita pilih dan kita taati konsekuensi dari setiap pilihan kita.

Begitu pula dalam Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega harus dapat menyikapi setiap perubahan yang terjadi dengan bijak dan tentunya dalam menyikapi perubahan tersebut tergantung pada pola pikir Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega itu sendiri. Apa yang diyakininya baik pasti akan dia pilih. Namun jika kita melihat kenyataan yang ada, banyak sekali hal-hal yang keluar dari koridor yang sudah dipilih atau dengan kata lain banyak penyimpangan terjadi. Hal ini menimbulkan pertanyaan buat kita semua, mengapa semua ini bisa terjadi? apa sih yang menjadi penyebab utamanya ? sehingga banyak sekali penyimpangan terjadi.

Untuk mengetahui itu semua kita perlu melihat kembali sejarah mengapa Gerakan Pramuka itu muncul.

A. Pramuka dahulu (masa lalu).

o Awal Kepramukaan di Indonesia

Masa Hindia Belanda

Kenyataan sejarah menunjukan bahwa pemuda Indonesia mempunyai saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya berorganisasi yang bhineka.

Organisasi Kepanduan di Indonesia dimulai adanya cabang “Nederlands Padvinders Organisatie (NPO)” pada tahun 1912, yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki Kwartir Besar sendiri serta kemudian berganti nama menjadi “Nederlands Indische Padvinders Vereeniging (NIPV)” pada tahun 1916.

Organisasi Kepramukaan yang diprakasai oleh bangsa Indonesia adalah “Javaanse Panvinders Organisatie (JPO)”, berdiri atas prakarsa S.P Mangkunegara VII pada tahun 1916.

Kenyataan bahwa kepramukaan itu senafas dengan pergerakan nasional seperti tersebut di atas, dapat diperhatikan pada adanya “Padvinders Muhammadiyah” yang pada tahun 1920 berganti nama menjadi “Hisbul Wathon (HW)”; “Nationale Padviderij” yang didirikan oleh Budi Utomu; Syarikat Islam Afdeling Padvinderij” yang kemudian diganti menjadi “ Syarikat Islam Afdeling Pandu” dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan olej Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.

Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia” merupakan federasi dari Pandu kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS.

PAPI kemudian berkembang menjadiBadan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan april 1938.

Antara tahun 1928 – 1935 bermunculan Gerakan Kepramukaan Indonesia baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafaskan agama. Kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat seperti Pandu Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernafas agama seperti Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon, Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).

Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) merencanakan “All Indonesian Jamboree”. Rencana ini mengalami beberpa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian disepakati diganti dengan “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem” disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.

Masa Bala Tentara Dai Nippon

“Dai Nippon” ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia,termasuk gerakan kepanduan dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.

Masa Republik Indonesia

Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberpa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta danbersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia kerja, ini menunjukan pembentukan satu wadah organisasi kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.

Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desmber 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dantokoh serta dikuatkan dengan “Janji Ikatan Sakti”, lalu pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. 93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.

Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai Patriot yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya.di daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri. Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).

Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan itu. Pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan kongres II di Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.

Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan no. 2344/Kab. Tertanggal 6 September 1951, dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan no. 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.

Mungkin agak aneh juga kalau kita renungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan Menteri No. 2344/Kab. Itu keluar, maka wakil-wakil organisasi kepanduan mengadakan konferensi di Jakarta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 september 1951 diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia ) sebagai suatu federasi.

Pada tahun 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota Kepanduan sedunia.

IPINDO merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia (PKPI) dan Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia (POPPINDO). Kedua federasi ini pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden Powell ke Indonesia dalam perjalanan ke Australia.

Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke 10, IPINDO menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955 di jakarta.

IPINDO sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.

Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan kepanduan yang ada dapat dipersatukan. Setahunkemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik “Penasionalan Kepanduan”.

Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar Minggu Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk puteri yang disebut Desa semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. pada tahun ini juga IPINDO mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT, Makiling Filipina.

Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan Pramuka.

o Kelahiran Gerakan Pramuka

Latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, kita perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960.

Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan, kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepadan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.

Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan pasal 330. C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemeintah untuk mendirikan Pramuka (pasal 349 ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (lampiran C ayat 8).

Ketetapan itu memberi keajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Presiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut PRAMUKA. Presiden juga menunjuk panitian yang terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr. A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu suatu pengesahan dan kemudian terbitlah keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia PembantuPelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.

Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan keputusan Presiden itu.

Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI No. 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (menteri Sosial).

Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.

Kelahiran Gerakan Pramuka

Kelahiran Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :

1. Pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA.

Diterbitkannya Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA.

Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.

2. Pelantikan Mapina, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.

Gerakan Pramuka diperkenalkan

Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI, Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Kepres RI No. 238 tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.

Menurut Anggaran dasar Geakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.

Badan pimpinan pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnari 8 orang.

Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Kepres RI No. 447 tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinan menjadi 70 orang dengan rincian 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.

Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan wakil ketua I, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan wakil ketua II, Brigjend TNI DR. A. Azis Saleh.

Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengkubuwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr. A. Azis Saleh sebagai wakil ketua merangkap ketua Kwarnari.

Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.

Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapina, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana Negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Kepres No. 448 tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamenkubuwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.

Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dikenal sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.

Itulah gambaran tentang mengapa Gerakan Pramuka muncul dan didirikan atau saya menyebutnya sebagai Pramuka tempo dulu atau Pramuka masa lalu.

Sekarang mari kita kembali pada masa ini setelah kita menjelajahi masa lalu dari organisasi yang kita ikuti ini.

B. Pramuka kini

Merujuk dan mengutip pada sebuah tulisan yang disampaikan dalam seminar sehari Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega oleh salah seorang pembicara yang merupakan tokoh pendidikan, bahwa memang kondisi dari Gerakan Pramuka saat ini mengalami kecenderungan menurun baik dari kuantitas maupun kualitas. Hal ini merupakan dampak dari era globalisasi yang tengah bergulir saat ini. Globalisasi memberikan dampak yang sangat tajam terhadap berbagai aspek terutama dunia pendidikan. Meskipun mengandung dampak positif, globalisasi juga membawa muatan negatif, hal yang paling memprihatinkan adalah merebaknya pola pikir dan pola hidup sekuler, individualistis, materialistis, liberal kapitalis, dimana-mana hal tersebut ternyata dapat mengurangi dan mengikis nilai-nilai kesetiakawanan dan persaudaraan.

Dan lebih mengarah kepada akibat dari kekurang siapan para anggota Pramuka dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Di Indonesia, Gerakan Pramuka sejak berdirinya sampai dengan tahun 1998 mengalami banyak sekali kemajuan karena mendapat perhatian yang cukup besar dari Pemerintah masa orde baru yang berkuasa. Namun sejak bergulirnya reformasi hal ini berubah, sehingga Gerakan Pramuka harus mandiri dalam mengelola rumah tangga organisasinya. Jika selama ini mendapat dukungan berupa bantuan materi saat ini sudah tidak lagi. Dan ini membawa dampak yang berpengaruh dalam lingkungan Gerakan Pramuka.

Gerakan Pramuka saat ini harus mengambil posisi nyata sebagai organisasi yang mandiri dan juga dituntut untuk menyikapi berbagai perubahan tersebut dengan memunculkan berbagai kegiatan yang dapat menjadi alat pemersatu bangsa yang disesuaikan dengan kondisi daerah, disamping kegiatan yang menjadi core-nya selama ini.

Kita semua mengakui bahwa selama ini Pramuka hampir tidak pernah absent dalam kegiatan kemasyarakatan, namun kehadirannya saat ini tidak lagi dirasakan seperti dulu, banyak Gugus Depan yang berpangkalan di sekolah-sekolah maupun di luar sekolah, jumlah anggotanya semakin tahun semakin menurun karena berbagai sebab diantaranya yang berasal dari intern organisasi , yaitu :

a. Kegiatan Pramuka tidak lagi dapat menarik antusiame anggota maupun calon anggota, khususnya pada jenjang sekolah lanjutan.

b. Munculnya organisasi-organisasi kepemudaan lain di sekolah, yang lebih menarik minat anggota muda, seperti Paskibra, Pecita Alam, dll.

c. Kurang berfungsinya Majelis Pembimbing.

d. Kwartir Cabang belum menyelenggarakan tugas dan tanggung jawabnya dengan optimal.

e. Kurangnya tenaga Pembina dan pelatih yang handal.

f. Rendahnya frekwensi kegiatan pada tingkat Kwaran dan Kwarcab.

Di samping itu berbagai tantangan eksternal pun ikut mempengaruhi kondisi Gerakan Pramuka saat ini.

Kemajuan teknologi yang pesat membuat perbatasan antar negara menjadi terbuka lebar (borderless), perjanjian dan fakta perdagangan multi nasional (WTO) membuat Negara-negara “dipaksa” untuk membuka berbagai proteksi yang selama ini dilakukan, baik proteksi industri maupun proteksi sumber daya manusia, setiap Negara yang terikat kepada perjanjian tersebut wajib untuk membuka secara luas akses terhadap berbagai potensi yang dimilikinya, menutupinya akan membuat suatu Negara dikucilkan, baik secara politik maupu ekonomi. Dengan terbukanya akses tersebut maka, arus barang dan jasa dari berbagai belahan dunia akan masuk dengan mudahnya dan bersaing dengan produk lokal. Produsen lokal yang tidak siap denga kondisi ini akan kalah di medan perang produk, yang akhirnya mereka akan menutup perusahaannya. Hal ini mengakibatkan bertambahnya jumlah tenaga pengangguran.

Sementara secara makro ekonomi pasca reformasi, Indonesia mengalami masa yang kelabu, fundamental ekonomi sampai saat ini masih menjalani recovery. Belum lagi krisi multidimensi dengan ekses negatifnya membawa reformasi menjadi kebabalasan.

Tingkah laku para politisi, angka pengangguran yang tinggi, berbarengan dengan peningkatan kriminalitas yang makin brutal, sindrom kekerasan menguat, surat kabar sekarang memberitakan pornografi dengan tanpa pertimbangan, apakah berita dan gambar yang dimuatnya akan dibaca oleh anak di bawah umur atau tidak. Gaya hidup konsumtif dan mewah berlebihan cenderung makin menguat dan cepat diikuti oleh generasi muda yang sedang mencari nilai-nilai dalam proses pencarian jati diri, yang tidak siap berkompetisi akan menjadikan narkoba sebagai alat pelarian dari kesulitan yang menghimpit, atau kemudian menjadikan sesuatu sebagai “Tuhan” dengan bantuan mistik perdukunan, alam piker bangsa kita saat ini di ajak kembali ke jati diri bangsa sebelum datangnya berbagai ajaran agama yakni animisme.

Setelah kita menyimak pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa memenangkan persaingan di tengah tekanan arus globalisasi bukan perkara mudah, tanpa persiapan matang, ketekunan dan motivasi diri, persaingan mustahil dapat dimenangkan. Untuk itu kegiatan pendidikan dan pelatihan Gerakan Pramuka khususnya untuk Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar tidak ditinggalkan anggota, maka program kegiatan harus mulai ditinjau ulang dengan melakukan penekanan kepada :

a. Belajar Mengetahui (Learning to Know)

Anggota dirangsang untuk memiliki pengetahuan umum yang luas, dan dapat bekerjasecara mendalam pada segala bidang, mencakup belajar untuk belajar, agar dapat membaca dan menangkap peluang-peluang untuk survive.

b. Belajar berbuat (Learning to Do)

Anggota dirangsang untuk memperoleh kecakapan/ketrampilan kerja. Berbagai kegiatan yang sifatnya membangun jiwa entrepreneurship harus lebih dikedepankan.

c. Belajar Menjadi (Learning to Be)

Ini penting dilakukan agar anggota dapat lebih mengembangkan moral dan etika serta watak dan tanggung jawabnya.

Berbagai materi pelatihan yang usang harus mulai diganti dengan materi pelatihan yang dapat menyiapkan anggota untuk memasuki kehidupan sebenarnya, karena inti dari setiap diklat adalah menjadikan peserta dapat masuk kedunia sebenarnya dan bermanfaat, bukan saja bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakat sekitarnya.

C. Pramuka esok

Setelah kita membahas Pramuka masa lalu dan masa kini, maka sekaranglah waktunya kita menentukan bagaimana Pramuka masa esok. Dengan berbekal pengalaman dan bahan-bahan pengetahuan, kita sebagai Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega ataupun sebagai anak dan Pemuda Indonesia harus sudah memulai merancang masa depan.

Pramuka Penegak sebagai bagian dari peserta didik dan anggota muda dalam Gerakan Pramuka dan Pramuka Pandega sebagai anggota dewasa muda memiliki arti strategis bagi pencapaian tujuan Gerakan Pramuka, hal ini karena Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah jenjang terakhir dan bagian dari generasi muda Indonesia yang merupakan kader-kader potensial bagi pembinaan dan pengembangan Gerakan Pramuka serta tumpuan harapan bangsa di masa yang akan dating.

Pendidikan yang diselenggarakan Gerakan Pramuka merupakan pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, hal ini adalah salah satu bentuk aplikasi pendidikan berwawasan global, karena Gerakan Pramuka adalah a movement of self education for young people. The young member is the primary “actor” in the educational process.

Self Education memiliki empat pilar pendidikan yaitu ; Learning to Know, Learning to Do, Learning to Live Together dan Learning to Be. Usia Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah usia remaja (yang berangkat dewasa). Usia ini ditandai dengan beberapa perkembangan yang terdapat dalam diri, yaitu ; perkembangan moral, perkembangan intelektual, perkembangan emosi dan perkembangan sosial, WOSM menyebut periode pertumbuhan ini sebagai the age of strong emotions.

Latar belakang pendidikan remaja usia Penegak sangat bervariasi, sehingga satuan bina yang ada seharusnya bisa memiliki iklim pembelajaran yang menyenangkan, namun saat ini hal tersebut sangat sulit ditemui.

Perkembangan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega saat ini jika diukur dengan parameter apapun akan selalu menunjukan kecenderungan yang menurun, hal tersebut mungkin saja akibat dari beberapa sebab seperti ; Pramuka tidak lagi menarik, Pramuka tidak lagi memberikan kesempatan kepada remaja dan pemuda untuk berperan/berkiprah secara total, Pramuka tidak lagi memberikan kebanggaan, Pramuka tidak lagi memberikan kegiatan yang trendi, Pramuka tidaklagi memebrikan peluang untuk membangun potensi dan kapasitas diri, Pramuka tidak lagi berperan sebagai fasilitator yang mencerminkan keberpihakan sosial yang kuat, dll.

Namun demikian permasalahan tantangan itu dapat dihadapi yaitu dengan membuat rumusan baru tujuan pembinaan Pramuka Indonesia masa depan yang akan mencetak kader pemimpin yang sejak dini digembleng sebagai Pramuka yang sanggup dengan penuh rasa persatuan dan kesatuan, dengan kemampuan bermasyarakat secara lugas serta dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang berkepribadian, berwatak tangguh dan memiliki karakter yang kuat.

Proses itu dapat dimulai dengan pembaharuan program dan kegiatan untuk mengembangkan serta memperkuat basis pembinaan yang selama ini berorientasi ke sekolah dengan program, kegiatan dan pembinaan yang berorientasi kepada masyarakat.

Proses selanjutnya yaitu memberdayakan anggota muda sebagai partisipan atau peserta aktif, hal ini memerlukan perubahan sikap yang memposisikan anak muda sebagai peserta didik absolute menjadi peserta aktif yang secara bertahap dan bergantian mendapat kesempatan untuk bertindak sebagai pelaksana pendidikan sebagai subjek atau pemimpin minimal dalam kelompoknya.

Dengan berbekal pengetahuan di atas kini saatnya kita merancang masa depan Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Dalam merancang masa depan, kita harus memiliki gambaran masa depan yang diinginkan (visi), kemudian setelah memiliki gambaran tersebut kita buat pencapaiannya melalui tahapan-tahapan strategis (misi) dan tahapan strategis tersebut dijabarkan melalui rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penulis : Sri Hendana

Mengenal tentang Penegak dan Kepenegakkan


Apa sih Penegak itu ?

Penegak secara etimologi berasal dari kata dasar ‘tegak’ menurut kamus bahasa Indonesia artinya berdiri dan diberi imbuhan pe- yang mempunyai makna ‘menjadi’. Apabila disatukan mempunyai arti menjadi berdiri atau menjadi tegak atau bisa dikatakan yang menegakkan. Diharapkan Penegak disini dapat berdiri tegak sendiri dengan kemampuan dan kekuatan dirinya sendiri tentunya dengan arahan orang dewasa.

Apabila kita mengingat sejarah perjuangan bangsa maka kata ‘Penegak’ itu diambil dari masa-masa menjelang kemerdekaan bangsa Indonesia hingga puncaknya yaitu saat diproklamasikannya kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Inilah masa dimana bangsa Indonesia menjadi tegak, berdiri menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Namun dalam masa menegakkan eksistensinya sebagai Bangsa yang merdeka dan berdaulat, selalu ada tantangan hembusan angin yang kencang yaitu pergerakan untuk sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia, untuk diakui sebagai bangsa yang merdeka dengan jerih payah sendiri, pergolakan yang terjadi di dalam negeri pun ikut mewarnai tegaknya bangsa ini. Untuk itulah, akhirnya istilah tegak digunakan dalam Gerakan Pramuka sebagai kiasan dasar perjuangan bangsa agar generasi muda Indonesia dapat menghargai perjuangan para pahlawan bangsa dan menegakkan terus cita-cita proklamasi bangsa Indonesia.

Jika merujuk pada pola pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega maka Penegak adalah masa masa latihan bakti dan masa-masa persiapan pengabdian yaitu masa menerapkan hasil latihan yang telah didapat selama dalam masa latihan bakti. Maka Penegak disini digambarkan sebagai kader yang dipersiapkan untuk dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat luas. Tentunya tergantung dari proses latihan yang dijalankan selama masa kepenegakan, hasil yang diperoleh dapat menjadi tolak ukur kualitas latihan Penegak.

Yang selama ini terjadi masa-masa latihan Penegak seperti halnya latihan pada golongan Pramuka Penggalang. Entah disadari atau tidak hal ini sudah menyimpang dari yang digariskan dalam pola pembinaan. Hal ini ditunjukan semakin merosotnya jumlah Pramuka Penegak pada saat ini. Persepsi yang berkembang dalam masyarakat bahwa Pramuka Penegak sama saja halnya seperti Pramuka Penggalang karena dilihat dari latihan yang dilakukan. Padahal latihan Penegak tidaklah seperti latihan Penggalang bahkan jika teman-teman Penegak menyadari bahwa masa Penegak adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Lho kok bisa begitu? Benar. Karena pada masa Penegak, kita bisa berekspresi menunjukan kualitas diri dan menggali potensi yang dimiliki. Latihan-latihan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan Penegak itu sendiri, tentunya berdasarkan pola pembinaan yang ada. Dan yang paling mengerti kebutuhan Penegak adalah Penegak itu sendiri. Apalagi sekarang telah dirubah istilah perserta didik bagi Pramuka Penegak menjadi anggota muda dan Pramuka Pandega mejadi anggota dewasa muda. Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam membangun masyarakat menjadi “Mitra Bakti” artinya Pramuka Penegak diberikan posisi sebagai partner atau mitra dalam berbakti membangun masyarakat dan bangsa ini. Hal ini perlu dikaji kembali dan disosialisaikan kepada para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega agar mengetahui hal ini.

Kapan bisa jadi Penegak ?

Saat seseorang dapat dikatakan menjadi seorang Penegak adalah saat di telah memenuhi syarat baik itu syarat kecakapan umum atau pun dari segi usia. Seseorang dapat menjadi Penegak, saat berusia 16 tahun sampai dengan 20 tahun (berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka), dan telah memenuhi syarat kecakapan umum Pramuka Penegak Bantara dan telah dilantik menjadi Pramuka Penegak Bantara. Maka Seorang Pemuda dapat disebut sebagai seorang Penegak Bantara. Namun hal ini tidaklah sesuai dengan apa yang terjadi pada saat ini. Dan hal tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dalam Pola Pembinaan disebutkan ada 2 tingkatan dalam Pramuka Penegak yaitu Pramuka Penegak Bantara dan Pramuka Penegak Laksana.

Penegak Bantara adalah orang muda yang sadar akan dirinya, sadar akan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat dan mampu menjadi bagian antar komponen masyarakat. Disadari atau tidak, Penegak Bantara adalah pelopor bagi kemajuan masyarakat, pelopor bagi perubahan yang bermanfaat. Hal ini perlu disadari oleh seluruh Penegak Bantara.

Penegak Laksana merupakan pelaksana jati dirinya agar mampu mengaplikasikan semua potensi yang dimiliki untuk jadi yang terbaik bagi dirinya dan berguna bagi masyarakat sekitarnya. Memberikan sumbangsih nyata dengan berkarya nyata dan memahami tujuan hidupnya. Seorang laksana yang mampu melaksanakan apa yang menjadi impian dan cita-citanya. Seorang yang mampu bermitra dengan semua komponen masyarakat dan seorang pemimpin dari apa yang dilaksanakannya serta dapat bertanggung jawab atas semua yang dilaksanakannya.

Setelah menempuh semua kecakapan umum yang ada dalam penegak, alangkah lebih baik jika seorang Penegak menempuh kecakapan khusus yaitu Penegak Garuda. Pramuka Penegak Garuda adalah salah satu kecakapan khusus yang bergengsi dalam dunia Penegak. Namun saat ini hal tersebut berubah menjadi hal yang menakutkan entah karena apa, para Penegak sepertinya enggan untuk meningkatkan kualitas diri dengan menempuh syarat kecakapan Pramuka Penegak Garuda. Hal ini menjadi sesuatu yang sulit sekali ditempuh dan seakan-akan menjadi sesuatu yang nggak akan bisa ditempuh, sesuatu yang sakral. Padahal Penegak Garuda merupakan cerminan kualitas diri penegak. Tidak ada yang sulit jika ingin dilaksanakan. Persepsi yang berkembang di kalangan para Penegak bahwa sulit sekali untuk menempuh Penegak Garuda karena harus selalu benar dalam bertindak dan bertingkah laku, akan selalu menjadi sorotan apabila melakukan hal-hal yang tidak benar. Memang benar persepsi tadi namun hal tersebut tidaklah mutlak karena Pengertian Pramuka Penegak Garuda itu sendiri adalah Seorang Penegak yang telah memenuhi persyaratan untuk menjadi Penegak Garuda, seorang Penegak yang mampu mengendalikan dirinya dan mampu berbuat yang terbaik bagi yang lainnya. Dan hal ini bisa dilakukan oleh semua orang, tentu saja diniatkan dalam hati serta dilaksanakan melalui perbuatan dan tindakan yang nyata sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini tidak mengikat bahwa seorang Pramuka Penegak Garuda haruslah selalu benar, pengertian seperti ini dangkal sekali bagi seorang yang telah beranjak dewasa. Seharusnya dengan menempuh Penegak Garuda, seorang Penegak dapat mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Jika aturan yang berlaku mengatur hal tersebut terlalu kaku, dikembalikan lagi pada sosok seorang Pembina Pramuka Penegak yang harus mampu mengarahkan dan memotivasi para Pramuka Penegak agar bisa menempuh dan menjadi Pramuka Penegak Garuda. Ujian-ujian yang dilakukan pun harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan Penegak itu sendiri. Kalau ingin para penegak ini tumbuh berkembang menjadi kader-kader bangsa yang siap melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa.

Penegak itu ada dimana sih ?

Dalam sebuah gugus depan lengkap, semua golongan Pramuka ada mulai dari Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Namun hal ini jarang sekali ditemukan, seolah-oleh saat ini gugus depan terkotak-kotak. Kedudukan gugus depan itu sendiri menjadi rancuh dan mengikuti pola institusi sekolah, ada gugus depan yang berpangkalan di sekolah dasar (SD) yang didalamnya hanya ada Pramuka Siaga dan Penggalang sekolah dasar, gugus depan yang berpangkalan di Sekolah Menegah Pertama (SMP) hanya terdapat Pramuka golongan Penggalang, Di SMA/SMK/MA hanya ada Pramuka golongan Penegak sedangkan Pramuka Pandega seakan–akan hanya ada di Perguruan Tinggi saja. Adapun Gugus depan lengkap atau biasa yang disebut Gudep teritorial tapi terkadang menjadi eksklusif dan hanya diperuntukan untuk beberapa kalangan saja. Hal ini jelas sekali banyak terjadi kesimpang siuran tentang pengertian Gudep lengkap dan Gudep territorial. Bagaimanapun juga harus ada yang berani meluruskan jika ingin Gerakan Pramuka di Indonesia berkembang dan maju. Untuk apa diterbitkannya petunjuk penyelenggaraan yang mengatur tentang Gugus depan jika tidak dilaksanakan sesuai dengan petunjuk penyelenggaraan tersebut. Walaupun sebenarnya semua itu harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Namun semua ini kembali kepada siapa yang mau memahami tujuan dari diadakannya Gugus Depan itu sendiri.

Saat ini kwartir nasional sedang mensosialisaikan istilah Gugus Depan berbasis masyarakat. Karena melihat kondisi Gerakan Pramuka yang secara umum mengalami penurunan. Gerakan Pramuka yang selama ini dianak emaskan oleh Pemerintah kini harus survive menjaga kelangsungan hidupnya. Sebenarnya Gugus depan itu sendiri tidaklah harus berada pada institusi sekolah, gugus depan dapat didirikan di mana saja asal memenuhi persyaratan tentang berdirinya suatu Gugus Depan. Apalagi jika gugus depan ini ada di masyarakat maka peran dan fungsi gugus depan itu dapat diarahkan untuk kemajuan masyarakat. Walaupun saat ini sudah ada gugus depan yang berbasis masyarakat namun jumlahnya masih terhitung sedikit sekali. Apabila Gerakan Pramuka mau berbenah diri memperbaiki sistem dan personal dalam Gerakan Pramuka itu sendiri maka akan dirasakan kemajuannya.

Sebagai seorang Pramuka Penegak diharapkan dapat menjadi pilar dan pendobrak kearah kemajuan dan mampu menjadi sosok yang bisa dijadikan teladan dalam masyarakat.

Dalam dunia Penegak dan Pandega ada yang disebut sebagai wadah pembinaan yaitu Ambalan, Racana, Dewan Kerja, Satuan Karya, Kelompok Kerja dan Sangga Kerja.

Ambalan adalah wadah pembinaan bagi para Penegak di tingkat Gugus Depan, merupakan satuan Penegak yang terdiri dari Penegak, calon Penegak dan Tamu ambalan. Untuk menggerakan ambalan dibentuk Dewan Ambalan yang terdiri dari semua Penegak yang telah dilantik. Dewan Ambalan dipimpin oleh seorang Pradana. Tugas dari Dewan Ambalan adalah merencanakan, melaksanakan program berdasarkan keputusan Musyawarah Penegak. Apabila diperlukan, Dewan Ambalan dapat membentuk sangga kerja untuk melaksanakan program-programnya.

Racana adalah wadah pembinaan bagi Pramuka Pandega di tingkat Gugus Depan.

Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah wadah pengembangan kepemimpinan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di tingkat kwartir, beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega, bersifat kolegial dan merupakan bagian dari kwartir yang mengelola Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega

Satuan Karya adalah wadah pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan khusus, beranggotakan para Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang pada saat tertentu mengikuti secara langsung kegiatan satuan karya.

Kelompok kerja adalah wadah pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk belajar dan mengembangkan suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan tertentu guna kebutuhan suatu program, beranggotakan Pramuka Penegak, Pramuka Pandega, Pembina, Pelatih dan orang-orang yang dianggap mampu dan ahli dalam suatu bidang ilmu atau ketrampilan tertentu untuk membuat perencanaan dalam suatu program kegiatan dari Ambalan, Racana atau Dewan Kerja.

Sangga Kerja merupakan wadah pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk melaksanakan suatu program kegiatan, beranggotakan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang mempunyai tugas melaksanakan program kegiatan Ambalan, Racana atau Dewan Kerja.

Nah sekarang teman-teman sudah tahu dimana ada Penegak. Mudah-mudahan bisa menjadi pengetahuan bagi teman-teman Penegak yang lain. Agar bisa mengaplikasikan dan memanfaatkan wadah-wadah pembinaan yang ada.

Kenapa harus jadi Penegak ?

Salah satu alasan yang mungkin bisa diterima oleh semuanya adalah karena kita sebagai anak bangsa yang ingin membawa bangsa ini maju dan besar, tidak ingin bangsa ini terpuruk dan terpecah belah. Dengan menjadi Pramuka Penegak berarti kita dapat dan telah melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa serta memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara. Karena kita sebagai pemuda Indonesia yang cinta tanah air dan bangsa, sebagai generasi penerus kepemimpinan bangsa ini. Salah satu alasan yang paling sederhana adalah karena kita ingin memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.

Selain itu, manfaat menjadi Pramuka Penegak adalah kita dapat berekspresi sesuai keinginan kita karena salah satu prinsip kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega adalah dari, oleh dan untuk dengan bimbingan orang dewasa. Kita juga dapat mengembangkan potensi kepemimpinan dan ketrampilan sesuai hobi/bidang yang diminati. Dengan begitu pola pikir dapat berubah menjadi lebih dewasa dan berkembang sesuai potensi yang kita miliki.

Siapa yang jadi Penegak ?

Pada prinsipnya untuk menjadi Pramuka Penegak adalah pemuda yang sudah dilantik menjadi anggota Gerakan Pramuka dan telah memenuhi syarat untuk menjadi Pramuka Penegak. Untuk masuk menjadi anggota Pramuka tidak dipaksakan, bahkan masuk dengan sukarela dalam arti mereka masuk karena mereka suka Pramuka dan rela tanpa adanya paksaan serta rela mematuhi aturan yang berlaku dalam Gerakan Pramuka.

Siapapun yang menjadi Pramuka Penegak harus mengerti dan memahami arti Penegak itu sendiri. Dengan berpedoman pada prinsip dari oleh dan untuk penegak itu sendiri dengan bimbingan orang dewasa, Pramuka Penegak dapat merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan kegiatan yang dibutuhkan oleh Penegak itu sendiri. Para Penegak diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang Pramuka Penegak. Namun jangan sampai aktualisasi diri yang kebablasan, oleh karena itu peran dan fungsi orang dewasa dibutuhkan sebagai kontrol.

Singkatnya, semua pemuda Indonesia yang berusia 16 s.d 20 tahun berhak untuk menjadi anggota Gerakan Pramuka khususnya Pramuka Penegak.

Bagaimana jadi Penegak ?

Proses untuk menjadi Pramuka Penegak tidaklah sulit dan akan saya gambarkan sesuai dengan pola pembinaan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.

Pelaksanaan proses pengembangan ini dimulai dari Tamu Penegak yaitu seorang Penggalang yang karena usiannya dipindahkan dari pasukan penggalang ke Ambalan Penegak, atau pemuda yang berusia 16 s.d 20 tahun yang belum pernah menjadi anggota pada suatu Ambalan Penegak. Lamanya menjadi tamu penegak ini minimal 3 bulan dan selama menjadi tamu penegak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan adat istiadat yang berlaku di Ambalan tersebut. Dan bagi anggota Ambalan lainnya diberi kesempatan untuk mengenal dan menilai Tamu Penegak tersebut.

Setelah dirasa cukup, maka seorang Tamu Penegak yang dengan sukarela menyatakan diri sanggup mentaati peraturan dan adat Ambalan, dan diterima oleh semua anggota Ambalan untuk menjadi anggota Ambalan tersebut, menjadi seorang calon Penegak. Lamanyanya minimal 6 bulan dan perpindahan status dari Tamu Penegak menjadi calon Penegak dilaksanakan dengan upacara sederhana dan dialog yang mengandung pendidikan bagi segenap anggota Ambalan tersebut.

Calon harus mawas diri dan menghargai orang lain serta menyadari hak dan kewajibannya, antara lain :

· Tidak mempunyai hak suara dalam musyawarah

· Mempunyai hak bicara dalam diskusi, pertemuan dan musyawarah

· Harus mengikuti segala acara Ambalan yang bersangkutan sesuai dengan kondisinya.

· Berkewajiban menyelesaikan SKU tingkat Penegak Bantara

· Berkewajiban ikut menjaga dan mengembangkan nama baik Ambalannya

Seorang calon Penegak yang telah memenuhi SKU bagi Penegak Bantara dan mentaati adat Ambalan dapat menjadi Penegak Bantara. Perpindahan dari calon Penegak menjadi Penegak Bantara dilaksanakan dengan upacara pelantikan, yang bersangkutan mengucapkan janji Tri Satya dengan sukarela dan berhak memakai tanda tingkatan untuk Penegak Bantara. Selama menjadi Penegak Bantara diberi kesempatan latihan membuktikan diri kepada masyarakat dan membentuk kepribadian yang kuat.

Seorang Penegak Bantara wajib tetap melanjutkan latihan dan kegiatan lainnya untuk:

v Menyelesaikan SKU bagi Penegak Laksana sehingga dapat dilantik sebagai Penegak Laksana.

v Menempuh Syarat Kecakapan Khusus sesuai dengan kesenangan dan bakatnya sehingga mendapatkan Tanda Kecakapan Khusus.

v Mengembangkan bakat dan minatnya di dalam satuan karya serta menyebarkan misi sakanya itu sesuai dengan kemampuannya.

v Mencari kesempatan untuk mengikuti Kursus Pembina Pramuka Mahir sehingga dapat membantu menyelenggarakan kegiatan di perindukan siaga atau pasukan penggalang.

v Berperan serta dalam memberikan bantuan kepada kwartir sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada padanya.

Penegak Laksana ialah Penegak yang telah memenuhi SKU Penegak Laksana dan mentaati adat Ambalan. Perpindahan dari Penegak Bantara menjadi Penegak Laksana dilaksanakan dengan upacara kenaikan tingkat dengan mengucapkan ulang janji Tri Satya dengan sukarela dan berhak memakai tanda tingkatan untuk Penegak Laksana.

Dalam tingkat Penegak Laksana, seorang Penegak Laksana wajib tetap melanjutkan latihan dan kegiatannya bahkan dikembangkan terus untuk :

v Menambah jumlah bobot dalam menempuh syarat kecakapan khusus sehingga mendapatkan tanda kecakapan khusus yang lebih tinggi.

v Memperdalam dan memperluas keikutsertaannya di dalam satuan karya.

v Mengikuti kursus yang diselenggarakan oleh Gerakan Pramuka.

v Memberikan kesempatan untuk membaktikan dirinya dengan membantu menyelenggarakan latihan atau kegiatan untuk pramuka siaga atau Pramuka Penggalang.

v Berperan serta dalam memberikan bantuan kepada kwartir sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada padanya.

Penulis : Sri Hendana

Aktivis Komunitas Pembelajar Indonesia

Ketua DKR Tangerang 2002 – 2005

Sekretaris I DKD Banten 2004 – 2007

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG


Lagi-lagi kita dihadapkan kepada beberapa kelompok orang yang meragukan keberadaan organisasi Kepramukaan. Mereka anggap kegiatan ini kurang bermanfaat, cuma main-main, lalu mereka tidak peduli, cuek dan menganggap remeh.

Apa sebenarnya penyebabnya? jawabannya mudah saja, karena mereka tak kenal maka mereka tak sayang. Mari sama-sama kita cermati dengan harapan agar Pramuka lebih diakui keberadaannya dan yang penting lebih dicintai dan disayangi.

Kepramukaan merupakan:

  1. Pendidikan sepajang hayat

Pendidikan sepanjang hayat merupakan pendidikan yang mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhi di sekolah maupun dalam keluarga. Mengembangkan pengetahuan, minat untuk melakukan penjelajahan, penelitian, penemuan dan keingintahuan, melalui kepramukaan mereka akan menemukan dunia lain di luar kelas, saling bertukar pendapat, pengetahuan, ketrampilan maupun pengalaman. Jadi tanpa terasa mereka terlibat dalam proses pendidikan secara terus menerus atau berkelanjutan.

  1. Kegiatan bagi kaum muda

Kepramukaan merupakan aktifitas yang dinamis, yang selalu bergerak maju dalam bentuk kegiatan bagi kaum muda yang selalu berubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

  1. Bersifat Internasional

Kegiatan kaum muda tersebut tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga secara Internasional, dengan memupuk persaudaraan yang mempunyai tujuan akhir adalah perdamaian dunia.

  1. Terbuka bagi siapa saja

Sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metodik Kepramukaan, oleh Lord Baden Powel, Bapak Pandu Dunia, kepramukaan itu terbuka bagi siapa saja tanpa memandang ras, agama, golongan maupun suku.

  1. Rekreasi yang edukatif

Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, kepramukaan menggunakan sistem rekreasi. Bagi anak didik, kegiatan kepramukaan harus terasa sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik dan tidak membosankan.

  1. Tantangan bagi orang dewasa

Di sini orang dewasa adalah para pembina pramuka. Mereka ditantang untuk membantu kaum muda mendapat kesempatan dan pengalaman berharga dalam meningkatkan sumber daya atau potensi yang dimilikinya melalui pembinaan interaksi dan saling pengertian terhadap kaum muda.

  1. Bersifat sukarela

Yang ingin menjadi pramuka sejati baik kaum muda maupun orang dewasa, hendaklah atas dasar kemauan sendiri tanpa dipaksa orang lain. Hal ini merupakan ketentuan di seluruh dunia sehingga dapat diterima sebagai anggota WOSM. Seorang Pramuka sejati adalah pramuka yang secara sukarela menerima dan menerapkan ketentuan moral Gerakan Pramuka berupa kode kehormatan Pramuka yaitu Trisatya dan Dasadarma yang dengan sukarela mengucapkan dan mengamalkannya.

  1. Non politik dan non pemerintah

Sebagai organisasi pendidikan, tidak menjadi bagian atau mewakili partai politik atau organisasi apapun termasuk pemerintah dan instansinya. Namun para pramuka didorong untuk memberikan pengabdian yang konstruktif kepada masyarakat, bangsa dan negara. Untuk itu setiap pramuka disiapkan menjadi warga negara yang bermoral tinggi, sehat mental dan fisiknya.

  1. Memiliki metode yang fleksibel

Tujuan pembinaan kepramukaan adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia, potensi, akhlak dan budi pekerti kaum mudanya dengan cara:

    1. Mengamalkan kode kehormatan Pramuka.
    2. Belajar sambil melakukan, peserta didik ikut berperan aktif bersama rekan-rekannya dalam setiap kegiatan yang diikuti.
    3. Kegiatan dalam kelompok kecil dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan, ketrampilan kelompok, team work dan rasa tanggung jawab pribadi.
    4. Kegiatannya berupa hal-hal yang memberikan dorongan sesuai dengan kepentingan, minat dan kebutuhan kaum muda. Contonya: kegiatan di alam terbuka akan memupuk kecintaan mereka terhadap kekayaan alam, akan menimbulkan petualangan dan tantangan bagi mereka. Dengan cara memberikan anugerah karya akan lebih mendorong peserta didik untuk berkarya.

  1. Sebagai norma hidup

Sebagai proses pendidikan, kepramukaan merupakan norma hidup yang mengandung:

    1. Lingkup spiritual, di mana proses pendidikannya mengupayakan agar mengutamakan nilai kehidupan spiritual di atas kehidupan material.
    2. Lingkup sosial, peserta didik didorong untuk ikut berpartisipasi aktif di dalam lingkungan masyarakat, menghargai orang lain, memupuk kerjasama dan saling pengertian. Turut mempromosikan kerukunan dan perdamaian nasional maupun Internasional.
    3. Lingkup pribadi, memupuk rasa tanggung jawab yang tinggi.

Penulis : Sri Hendana

Senin, 21 Januari 2008

KEPEMIMPINAN REVOLUSIONER


KEPEMIMPINAN REVOLUSIONER


PENDAHULUAN


Ada satu cerita militer dari negeri Cina yang sangat popular tentang seorang jenderal yang memimpin pasukannya memasuki sebuah pulau yang merupakan daerah musuh dengan misi membunuh semua pasukan musuh. Sayang sekali jumlah pasukannya terlalu sedikit, hanya satu berbanding empat dengan jumlah pasukan musuh. Pada waktu sudah mendarat di pantai, ia memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang digunakan untuk pergi ke pulau tersebut. Ketika ditanyakan apa alasannya, ia menjawab “supaya satu-satunya jalan untuk bisa meninggalkan pulau ini adalah kemenangan.” Dengan menghilangkan semua kemungkinan untuk mundur, ia menempatkan pasukannya pada situasi di mana mereka harus melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk bertempur. Mundur bukanlah pilihan. Akhirnya pasukannya bertempur habis-habisan karena hidupnya tergantung pada pertempuran itu dan mereka menang.


Dari kisah di atas dapat kita petik banyak sekali pelajaran yang tersirat. Bila kita melihat sosok sang jenderal, dia merupakan sosok pemimpin revoluioner bagi pasukannya karena dalam situasi yang kritis sangat bisa menempatkan posisi pasukannya menuju kemenangan.


Sedikit dari banyak cerita di atas akan dikupas tentang kepemimpinan yang revolusioner terutama dalam perspektif kepramukaan.


Jika kita mencoba mendefinisikan apa itu kepemimpinan, maka tidak akan cukup waktu karena banyak sekali definisi kepemimpinan yang ada saat ini. Tapi di sini akan coba dibahas beberapa pergeseran paradigma kepemimpinan yang ada di dunia ini.



PEMBAHASAN


Pergeseran Paradigma Kepemimpinan

Dalam dua atau tiga dekade terakhir ini, konsep-konsep kepemimpinan mengalami pergeseran – pergeseran mendasar.

sebagai contoh, dulu konsep-konsep kepemimpinan itu didominasi dan diletakan dalam konteks kekuasaan dan otoritas yang tidak boleh dibantah, serta suatu struktur hirarkis dalam organisasi formal. Yang namanya pemimpin itu hampir selalu dikait-kaitkan dengan orang-orang yang berada di puncak struktur sebuah organisasi. Orang-orang ini ‘dianggap’ memegang otoritas yang nyaris mutlak dan karenanya tak boleh diganggu gugat. Dengan demikian kepemimpinan lebih sering diberi makna yang eksklusif dan formal. Kepemimpinan menjadi sesuatu yang diperuntukan bagi segelintir orang saja, yakni para pemegang kekuasaan. Kepemimpinan seperti ini sering dipahami sebagai posisi, kedudukan, jabatan yang bergengsi.


Belakangan konsep-konsep kepemimpinan lebih bernuasa kultural, tidak selalu dikaitkan dengan struktur dan otoritas yang bersifat relatif dan kontraktual, sehingga bisa diperdebadkan dan digugat.

Kepemimpinan telah menjadi sesuatu yang menjadi urusan semua orang. Kepemimpinan seperti ini lebih dimengerti sebagai pekerjaan (Job), tanggung jawab (responsibility), dan peran (role). yang pada skala tertentu merupakan urusan dan ada dalam diri semua orang.


Dari pergeseran paradigma kepemimpinan tersebut kini konsep kepemimpinan lebih mengarah kepada konsep kepemimpinan transaksional, tranformasional, dan visioner. Hal ini yang pada gilirannya akan menuju pada konsep kepemimpinan revolusioner yang akan dibahas dalam makalah ini.


Definisi Pemimpin

Pemimpin adalah ia (mereka) yang relatif telah menemukan jawaban terhadap tiga pertanyaan eksistensial: “Siapakah aku?”; “Ke manakah aku pergi?” ; dan “Apakah yang harus/dapat aku lakukan (tanggungjawabku) dalam hidup ini?” Ia (mereka) adalah orang-orang yang siap untuk mendemonstrasikan kebenaran sederhanan ini: Satu orang biasa dapat membuat perbedaan besar.


Pemimpin yang besar adalah manusia biasa yang mempersiapkan diri ketika peristiwa luar biasa tiba.” kata Jenderal Norman Schwartzkoft.


Merujuk dari Leadership Principle –nya Ary Ginanjar dalam ESQ, banyak sekali kekeliruan paradigma yang dianut oleh masyarakat kita. Kepemimpinan diartikan sebagai suatu posisi, kedudukan atau jabatan. Sebagai akibatnya banyak orang yang berusaha dengan segala cara untuk mencapai suatu posisi, kedudukan atau jabatan dengan cara membeli dengan uang. Serta tak segan-segan dalam usaha mencapainya menindas dan merugikan orang lain. Sebagai akibatnya banyak sekali melahirkan pemimpin yang tak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati bahkan dibenci.


Gaya kepemimpinan seperti ini hanyalah menumbuhsuburkan anarkisme dan keganasan hewaniah. Dan akan berlaku hukum aksi min reaksi (hukum per) semakin besar tekanan yang diberikan maka akan semakin besar pula daya dorong yang dikeluarkan.


Lalu Ary Ginanjar pun memberikan sebuah pengertian bahwa semua orang adalah pemimpin, dan pemimpin merupakan pengaruh yang ditimbulkan. ketika orang lain memberikan sebuah nasihat atau sebuah cerita, kita akan mengingatnya, dan itu adalah sebuah pengaruh.


Proses Kepemimpinan

Untuk mencapai itu semua ada beberapa tangga yang harus dilewati oleh setiap pemimpin agar mencapai kepemimpinan yang revolusioner.


Tangga-tangga tersebut adalah Pemimpin yang Dicintai. Seorang pemimpin harus mampu berhubungan dengan orang lain, dengan cara mencintai mereka, tidak hanya menunjukan melalui prestasi kerjanya saja.


Kedua adalah Pemimpin yang Dipercaya Kerpecayaan muncul karena seseorang yang memiliki integritas. Integritas adalah sebuah kejujuran, kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan.


Ketiga adalah Pembimbing, seorang pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain.


Keempat, Pemimpin yang berkepribadian. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila dia belum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin harus sudah pernah menjelajahi dirinya sendiri dan mengenali secara mendalam siapa dirinya.


Kelima adalah Pemimpin Abadi. Saat ini memang ada pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya dan juga pembimbing yang baik, tetapi umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja, apabila terbukti dirasakan tidak sesuai lagi dengan sauara hati nurani manusia. Ketika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka manusia yang telah dikaruniai hati sebagai radar oleh Tuhan, akan mampu mendeteksi hal tersebut


Apa yang diungkapkan Ary dalam buku ESQnya merupakan salah satu bagian dari pergeseran paradigma kepemimpinan.


Ciri-ciri Pemimpin

Lalu bagaimana kita bisa melihat ciri-ciri seorang pemimpin dalam lingkungan kita?

Mari kita cermati dan perhatikan beberapa ciri seorang pemimpin. Seorang pemimpin dapat dibedakan dengan melihat kebiasaan yang dilakukannya.


Menjadi proaktif merupakan ciri pertama, dalam menyikapi sesuatu. Apabila terjadi sebuah peristiwa atau stimulus dari luar lingkungan pemimpin, ada dua sikap yang bisa kita pilih untuk menyikapinya yaitu reaktif atau proaktif.


Reaktif merupakan sebuah proses menerima stimulus atau rangsangan dari berbagai kondisi lingkungan kemudian ditanggapi secara langsung.

Ada tiga teori yang dapat menjelaskan model reaktif ini.


Determinisme genetik, Tabiat anda merupakan tabiat yang diturunkan dari kakek dan nenek Anda. Kakaek nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA Anda, sifat ini diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.


Determinisme psikis, Anda merupakan bentukan dari pengasuhan orang tua Anda. Apa yang Anda lakukan merupakan hasil dari pengalaman masa kecil Anda. Karakter Anda terbentuk berdasarkan apa yang orang tua Anda lakukan terhadapap Anda pada masa lalu.


Determinisme lingkungan, Seseorang atau sesuatu di lingkungan Anda bertanggung jawab atas situasi Anda. Jadi, situasi dan kondisi Anda merupakan hasil dari bentukan lingkungan sekitar Anda. “Masa depan Anda ditentukan oleh orang-orang di sekeliling anda dan dengan siapa Anda banyak menghabiskan waktu”.


Sedangkan Proaktif merupakan hasil dari proses rangsangan yang ditanggapi dengan menggunakan kehendak bebas untuk memilih dan merespon berdasarkan kehendak bebas untuk memilih tersebut.

Proaktivitas berarti kita sebagai manusia bertanggung jawab atas hidup kita sendiri, perilaku kita merupakan fungsi dari keputusan kita bukan kondisi kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunya inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Ini bisa kita lihat dari kata responsibility (tanggung jawab) –respon ability- kemampuan untuk memilih respon Anda.


Jadi Pemimpin yang proaktif adalah pemimpin yang mampu menanggapi situasi berdasarkan kesadaran diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas dalam memilih respon.


Ciri kedua dari seorang pemimpin yaitu melakukan sesuatu dengan selalu merujuk pada tujuan akhir.

Apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin merupakan hasil dari proses penciptaan pertama atau mental dan penciptaan kedua atau fisik. Apa yang dilakukannya merupakan proses menuju tujuan akhir yang diinginkan.


Ketiga adalah dahulukan yang utama. Artinya seorang pemimpin dapat memprioritaskan mana yang penting, lebih penting dan tidak penting.

Jika berbicara penting dan tidak penting berarti kita berbicara cara kita menggunakan waktu. Oleh karena itu mari kita kenali, sebagian besar waktu yang kita gunakan untuk hala-hal yang penting atau tidak penting.

untuk menjawab hal tersebut, kita mengguanakan matrik waktu yaitu :


  1. Kuadran I, Penting dan Genting

Krisis, pikiran kita selalu pada masalah dan dibatasi waktu. Hasilnya adalah stress, keletihan, manajemen krisis.

  1. Kuadran II, Penting dan Tidak Genting

Ini merupakan inti dari manajemen waktu. Aktivitasnya adalah pengembangan hubungan, pengenalan peluang baru, perencanaan, rekreasi. Hasilnya adalah seseorang yang memiliki visi, perspektif, keseimbangan, disiplin, control.

  1. Kuadran III, Tidak Penting dan Genting

Kegiatan-kegiatan yang mendesak, contoh menerima telpon, buang air. Hasilnya adalah fokus jangka pendek, manajemen krisis, menganggap tujuan dan rencana tak berharga, merasa menjadi korban, hubungan dangkal.

  1. Kuadran IV, Tidak Penting dan Tidak Genting

Tidak bertanggung jawab dan bergantung pada orang lain. aktivitas yang dilakukan adalah hal-hal yang sepele, pemborosan waktu dengan ngobrol yang tidak jelas arah dan tujuannya, aktivitas yang menyenangkan.



Ketiga ciri tersebut apabila di aplikasikan oleh seorang pemimpin maka akan menghasilkan kemenangan pribadi.


Ciri selanjutnya adalah Berpikir Menang/Menang. Ini merupakan prinsip kepemimpin antarpribadi.

Menang/Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang/Menang berarti bahwa kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbale balik. menang/Menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif. Menang/Menang didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasilan orang lain. Menang/Menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga, ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi , bukannya jalan saya atau jalan Anda.

Menang/Menang merupakan keseimbangan antara tenggang rasa dan keberanian.


Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti merupakan ciri berikutnya. Ini adalah prinsip hubungan antarpribadi dan meruipakan kunci komunikasi antar pribadi yang efektif. Banyak dari kita yang bisa mendengar tapi jarang sekali mendengarkan. Mendengarkan merupakan salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif. Komunikasi efektif merupakan proses pemahaman apa yang disampaikan dan apa yang didengarkan. Banyak orang yang mendengar tapi jarang mau menyimak dan merenungi apa yang dia dengarkan. Dalam kepemimpinan mendengarkanlah yang diperlukan karena seorang pemimpin harus memiliki kemampuan memahami situasi orang-orang yang dipimpin dan lingkungan. seorang pemimpin harus mampu mendengarkan –berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti.


Seorang Pemimpin harus dapat wujudkan Sinergi. Karena hal ini merupakan prinsip kerja sama kreatif.


Wujudkan sinergi merupakan prinsip kerjasama kreatif. Sinergi adalah inti sari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip, intisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia.

Sinergi berarti keseluruhannya lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya.


Ketika anda berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan baru.

Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi, dan kunci untuk mengahrgai perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua orang melihat dunia, tidak sebagaimana adanya, tetapi sebagaimana mereka.


Sinergi berarti 1 + 1 sama dengan 8, 16 atau bahkan 1600. Posisi sinergistik dari kepercayaan yang tinggi menghasilkan solusi yang lebih baik dibandingkan dengan diusulkan semula, dan semua pihak mengetahuinya.


Ekologi adalah kata yang pada dasarnya menjabarkan sinergisme dalam alam – segalanya berhubungan dengan segalanya yang lain. Dalam hubungan inilah kekuatan kreatif dimaksimumkan, sama seperti kekuatan nyata pada tujuh kebiasaan ini dalam hubungan mereka satu sama lain, bukan hanya dalam kebiasaan individual itu sendiri.


Pemimpin yang mengaplikasikan kebiasaan berpikir menang/menang, empati, dan bekerja sama yang efektif akan memperoleh apa yang disebuat sebagai kemenangan publik.


Semua hal tersebut harus diseimbangkan dengan prinsip pembaruan diri yang seimbang atau mengasah gergaji.


Ada 4 (empat) dimensi pembaruan yaitu dimensi fisik (olahraga, nutrisi, manajemen stres), dimensi mental (membaca, visualisasi, perencanaan, menulis), dimensi spiritual (penjelasan nilai dan komitmen, studi dan meditasi), dimensi sosial/emosional (pelayanan, empati, sinergi, rasa aman intrinsik).


Nah, itu merupakan ciri-ciri seorang pemimpin yang bisa kita cermati dalam tindakan yang dilakukannya. dengan kita mengetahui kebiasaan yang dilakukan seseorang, kita dapat melihat apakah dia seoprang pemimpin atau bukan.


Pengertian Mendasar

Sebelum kita lebih jauh membahas soal kepemimpinan ini, marilah kita bedakan pengertian mendasar dari kepemimpinan, pimpinan dan pemimpin.


Kepemimpinan berbicara mengenai jiwa, ilmu, cara, strategi dan hasil dari proses memimpin.

Pimpinan merupakan jabatan, posisi seseorang dalam suatu struktural. Pimpinan diangkat oleh legalisasi yang dimandatkan secara tersurat. Biasanya pimpinan berada dalam lingkungan formal dan tidak semua pimpinan adalah pemimpin.

Pemimpin biasanya bisa berada di lingkungan formal ataupun tidak formal, pemimpin dalam lingkungan tidak formal diangkat melalui kepercayaan legalitas yang tersirat dan tidak berada pada posisi suatu struktural.


Dari sedikit penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa tidak semua pemimpin itu menjadi pimpinan, seseorang diangkat menjadi pemimpin bukan karena legalitas tersurat tetapi lebih kepada legalitas tersirat atau kemampuan resposibilitynya. Dan pemimpin menghasilkan kepemimpinan yang berbeda berdasarkan kepemimpinan yang di anutnya.


Konsep-Konsep Kepemimpinan

Sekarang mari kita kenali konsep-konsep kepemimpinan berdasarkan beberapa pendekatan yang sering dilakukan.


Konsep kepemimpinan Trait Approach merupakan konsep kepemimpinan yang tergolong tradisional. Konsep ini berbicara tentang seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai karakteristik individual yang membedakannya dari manusia biasa.

evaluasi dan seleksi bagi seorang pemimpin didasarkan pada karakteristik fisik, mental, dan psikologi.

Ada tiga tipe pemimpin menurut konsep ini yaitu pemimpin yang otoriter, pemimpin yang demokratis, dan pemimpin yang “membiarkan segalanya berjalan seperti adanya” atau menurut Adam Smith disebut sebagai laissez-faire.

Kelemahan dalam konsep ini yaitu tidak ditemukannya karakteristik spesifik yang membedakan antar pemimpin efektif dan pemimpin yang tidak efektif.


Konsep kepemimpinan dengan pendekatan perilaku (behavior Approach) membahas kepemimpinan efektif berdasarkan perilaku pemimpin. Konsep ini lebih berfokus pada fungsi dan tipe kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi adalah untuk mengisis posisi untuk memimpin suatu tim, mempertahankan stabilitas organisasi, mengkoordinasi hubungan internal antarunit dalam organisasi, dan mempertahankan struktur organisasi.

Kelemahan konsep ini adalah sulit untuk menemukan perilaku pemimpin efektif. Secara konsep, efektifitas kepemimpinan dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin; pengalaman masa lampau; harapan dan perilaku pemimpin; karakteristik, harapan dan perilaku yang dipimpin, persyaratan tugas; kultur dan kebijaksanaan organisasi; dan harapan dan perilaku rekan kerja.


Konsep kepemimpinan berdasarkan situasi organisasi atau bergantung pada faktor-faktor lain (situational Approach).

Ada dua pendapat tentang konsep ini :

  1. Fiedler mengemukakan bahwa ada tiga tipe pemimpin berdasarkan situasi yang ada yaitu hubungan pemimpin dan anak buah/pengikut (leader –member relation), struktur pekerjaan (task structuture), dan kekuatan posisi pemimpin (leader position power).

  2. Hersey & Blanchard mengemukakan bahwa kepemimpinan situasional didasarkan pada interaksi antara tiga faktor utama yaitu : besarnya tuntunan dan pengarahan yang diberikan pimpinan, besarnya dukungan sosio emosional yang diberikan pimpinan dan tingkat kesiapan seseorang yang dipimpin (pengikut) untuk melaksanakan tugas tertentu. Gaya kepemimpinan yang ditimbulkan konsep ini ada dua kategori umum yaitu : Perilaku tugas dan perilaku hubungan.


Perilaku tugas didefinisikan seberapa jauh seorang pemimpin terlibat dalam menentukan tugas dan tanggung jawab seseorang atau kelompok.

Perilaku hubungan didefinisikan sebagai seberapa jauh pemimpin terlibat dalam komunikasi dua arah atau lebih. Perilaku pemimpin antara lain mendengarkan, memfasilitasi, dan mendukung.


Kesiapan pengikut didefinisikan seberapa jauh seorang pengikut memperlihatkan kemampuan dan keinginannya untuk melaksanakan suatu tugas. Komponen utama kesiapan adalah kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah fungsi dari pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan (kinerja) yang dibawa seorang individu atau kelompok bagi suatu tugas atau kegiatan tertentu.



Quantum Leadership

Dalam Webster’s New Universal Unbridged Dictionary terbitan Barnes and Noble Books (1992) terdapat beberpa definisi quantum.

Quantum dapat berarti jumlah yang sangat besar. Pengertian secara fisika dari quantum adalah jumlah yang sangat kecil dari energi radian. Jadi, quantum disini bisa berarti “jumlah yang kecil namun sangat penting”. Makna quantum dalam konteks kepemimpinan lebih menekankan kepada “sedikit tetapi memberi dampak yang sangat besar”. Artinya, seorang pemimpin akan memberikan dampak dan energi yang sangat besar kepada organisasi dan seluruh anggotanya.


Konsep quantum leadership adalah konsep kepemimpinan yang berorientasi pada masa depan dengan komitmen untuk dapat “melihat dan bermimpi”, “mengubah”, serta “menggerakkan” orang-orang yang dipimpin kearah tujuan yang direncanakan.


Pemimpin harus dapat “melihat” masa depan dan “apa yang harus dicapai di masa depan”. Ia mempunyai imajinasi tentang bagaimana dan kemana organisasinya dan para pengikutnya akan “dibawa” di masa mendatang. Dia harus membuka jendela masa depan dan menuangkannya dalam sebuah visi. Namun, angan-angan saja tidak cukup. Seorang pemimpin harus merealisasikan angan-angan dan mimpi-mimpinya agar menjadi kenyataan di masa depan. Artinya, dia harus “mengubah” dari situasi sekarang menjadi situasi seperti yang diimajinasikan pada masa depan.


Langkah berikutnya adalah menjadi pedagang harapan (merchant of hope) kepada para pengikutnya. Pemimpin akan mengkomunikasikan angfan-angan dan mimpinya, yang dapat membangkitkan harapan, menyulut semangat, dan beranjak dari situasi masa kini.

Ada dua elemen dasar yang harus terkandung dalam sebuah visi yaitu sebuah kerangka kerja konseptual untuk memahami tujuan dan bagaimanan mencapainya, serta sisi emosionalnya untuk memacu motivasi. Visi haruslah realistis, dipercaya, dan mempunyai daya tarik masa depan.


Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan sebuah visi yang realistis, kredibel, memacu semangat dan akhirnya menggerakan pengikutnya untuk mencapai tujuan.


Pemimpin “melihat dan bermimpi” apabila ia berada di depan para pengikutnya. Untuk melihat dan bermimpi, dapat dilakukan dengan “pendekatan seorang arsitek”. Pemimpin “mengubah” pada sat ia berada di tengah-tengah para pengikutnya. Hal ini dapat dilakukan dengan “pendekatan Ibu Teresa”. Sedangkan pemimpin “menggerakan” pengikutnya pada saat ia berada di belakang para pengikutnya, memotivasi mereka. Untuk ini dapat dilakukan dengan “pendekatan The Golf Game”


Dalam konsep quantum leadership terdapat lima kekuatan besar yang menjadi pendukung penerapan konsep ini yaitu Visi, Strategi, Komitmen, Aksi dan sensitivitas.

Visi berarti cita-cita ke depan, lamunan masa depan organisasi. Visi ini kemudian diderivasi menjadi misi dan diderivasi lebih lanjut sehingga menjadi strategi. Strategi yang menjadi panduan bagi tiap anggota organisasi dalam melakukan segala kegiatannya.

Komitmen lebih kepada berpegang teguh terhadap apa yang telah ditetapkan bersama. Yaitu visi, misi, tujuan jangka panjang, sampai ke tahapan strategi. Faktor selanjutnya adalah aksi, lebih mengarah kepada taktik dari organisasi yang bersangkutan. Faktor terakhir adalah sensitifitas. Yang dimaksud sensitifitas di sini adalah sensitifitas terhadap perubahan yang terjadi disadari atau tidak. Hasil akhirnya adalah kecepatan organisasi untuk mengerjakan operasionalnya sehingga cita-cita bersama dapat dicapai dengan cepat dan tepat.


Seorang pemimpin diumpamakan sebagai seorang arsitek pembangunan masa depan organisai. Dia diharapkan mampu membuat bangunan imajinernya tentang banguna masa depan organisai, tetapi tetap juga harus berpijak pada realitas, yang dapat disebut dengan pendekatan imajinasi kreatif berdasarkan kenyataan. Seorang pemimpin harus memahami realitas internal dan ekspernal organisasi, menerima keadaan ini dan membuat imajinasi “bangunan masa depan” berdaarkan realitas ini. Jadi imajinasi yang hebat saja tidak memadai, karena tetap harus berpijak ke bumi.


Seorang quantum leader mempunyai peran untuk “mengubah” dengan memegang prinsip untuk “membimbing dengan rasa hormat, cinta dan perhatian”. Artinya, untuk “mengubah” anggota organisasi diperlukan pendekatan personal yang prima dari seorang pemimpin. Pemimpin yang baik akan membimbing pengikutnya sehingga mereka mampu –paling tidak- menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.


Quantum leadership berkaitan dengan “menggerakkan” yaitu menerapkan The Golf Game Concept yang terdiri dari direction (mengarahkan), distance (mengukur jarak), dan precision (ketepatan). Maksudnya untuk menggerakkan pengikut mesti memiliki tata pikir seperti permainan golf.


Aplikasi dari Quantum Leadership

  1. Visionary Supervision, pengawasan terhadap lamunan atau mimpi. Hal ini penting untuk menjaga agar mimpi tersebut tidak melantur dan tidak membumi sehingga sulit diwujudkan.

Terdapat lima komponen peting yang harus diperhatikan yaitu : dream achievement (pencapaian mimpi), strategic comprehension (pengertian yang bersifat strategis), process and result orientation (berorientasi pada proses dan hasil yang akan dicapai), systematic analysis (melakukan analisis yang sistematis), dan constructive anticipation (antisipasi yang konstruktif).

  1. Positive Nurturing adalah membimbing secara positif dengan berlandaskan pada respect – love – care. Dalam prosesnya, anggota atau pengikut dibimbing secara personal atau pribadi dan berorientasi kepada pencapaian kinerja tertentu untuk mencapai sasaran berupa sikap yang professional. Sikap yang professional ini antara lain: motivasi tinggi, berorientasi pada proses dan hasil, mampu memisahkan kehidupan personal dengan kehidupan organisasi, dan menunjukan hasil kerja yang optimal. Untuk mendukung proses ini diperlukan persuasi positif dan emapti sehingga tercipta hubungan yang saling menguntungkan.

  2. Inner Driver, menggerakan dorongan dari dalam dengan berlandaskan pada prinsip memotivasi sendiri organisasi (motivation self organization) disukung oleh sikap percaya penuh atau trust (terdiri dari sikap/attitude-kemampuan/ability-penilaian/judgement).


Konsep penting dari quantum leadership ini adalah konsep dua P yaitu: pemimpin dan pengikut –leader and follower. Antara leader dan follower bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang tidak dapat terpisahkan.


Kita mesti ingat bahwa “a good leader is also a good follower”. Tanpa ada dukungan dari follower, mustahil leader akan berhasil. Konsep ini juga dikenal sebagai Konsep Quantum Followership. Dengan demikian, antara quantum leadership dan quantum followership adalah satu kesatuan yang utuh.


Inti Konsep quantum followership ada tiga hal yaitu kesatuan gerak, kecepatan tindakan dan keberanian menerima tantangan. Komponen pendukung quantum followership yaitu : strategi, komitmen, sensitifitas, koordinasi dan partisipasi.

Konsep terbaru dari followership ini adalah courageous followership, cirri-cirinya adalah berani menyatakan apa yang benar apa yang salah dan berani berkata pendapat yang lain.

Ada lima bentuk dari courageous followership :


  1. Merasa bertanggung jawab (the courage to assume responsibility)

  2. Keberanian untuk mendukung (the courage to serve)

  3. Keberanian untuk menentang (the courage to challenge)

  4. Keberanian untuk turut serta dalam tranformasi (the courage to participate in transformation)

  5. Keberanian untuk memisahkan diri (the courage to leave)


Perbandingan Konsep

Coba bandingkan dengan konsep Manajemen Taman Siwa yang dibangun oleh Ki Hajar dewantara. Pemimpin yang baik menurut konsep ini adalah pemimpin yang “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani”.

Ing ngarso sung tulodo berarti “di depan memberikan teldan”. Ing madyo mangun karso berarti “di tengah membangun kekuatan untuk terus berkarya”. Sedangkan tut wuri handayani berarti “di belakang memberikan dorongan”.


Dalam artian, posisi pemimpin dalam sebuah organisasi adalah fleksibel. terkadang ia berada di belakang untuk memberikan dorongan dan motivasi, kadang ia berada bersama pengikutnya untuk bersama-sama membangun kekuatan untuk terus berkarya, dan kadang ia berada di depan, memimpin dengan memberikan contoh dan teladan dalam berkarya.


Ternyata terdapat kesamaan konsep antara Quantum Leadership-Quantum Followership dengan konsep Manajemen Taman siswa.




KESIMPULAN


Untuk mencapai apa yang dinamakan kepemimpinan revolusioner, seorang pemimpin harus memahami perbedaan mendasar pengertian kepemimpinan, pimpinan, dan pemimpin. Setelah memahami hal tersebut maka seorang pemimpin dapat merubah paradigma berpikirnya melalui pemahaman bahwa Pemimpin adalah ia (mereka) yang relatif telah menemukan jawaban terhadap tiga pertanyaan eksistensial: “Siapakah aku?”; “Ke manakah aku pergi?” ; dan “Apakah yang harus/dapat aku lakukan (tanggungjawabku) dalam hidup ini?” Ia (mereka) adalah orang-orang yang siap untuk mendemonstrasikan kebenaran sederhanan ini: Satu orang biasa dapat membuat perbedaan besar.


Kemudian memproses diri melalui beberapa tahapan menjadi seorang pemimpin dimulai dari pemimpin yang dicintai, pemimpin yang dipercaya, pembimbing, pemimpin yang berkepribadian dan akhirnya menjadi pemimpin abadi.

Dengan menerapkan kebiasaan proaktif, selalu merujuk pada tujuan akhir, mendahulukan yang utama maka akan memperoleh apa yang disebut sebagai kemengan pribadi. Dan kebiasaan berpikir menang/menang, berusaha mengerti terlebih dahulu baru dimengerti, serta selalu bersinergi maka seorang pemimpin akan memperoleh kemengan publik. Hal tersebut harus selalu diperbarui dengan kebiasaan “Kaizen”. Sehingga akan menjadi pemimpin yang efektif dan revolusioner. Karena Kepemimpinan revolusioner merupakan perpaduan antara apa yang disebut learning to know (belajar tentang), learning to do (belajar dengan), learning to be (belajar menjadi) dan learning to life together (belajar hidup bersama).

Kesemuanya berpadu menjadi satu formula kepemimpinan revolusioner, sebab apa yang disebut revolusioner adalah pergerakan yang mendasar dan membawa perubahan besar dan signifikan bagi internal (diri dan organisasi) dan eksternal (lingkungan).

Bukankah demikian?



Visi + Komunikasi = Tujuan bersama

Tujuan bersama + orang-orang yang diberdayakan + perubahan organisasional yang tepat + pemikiran strategis + pemahaman posisi = Kepemimpinan Revolusioner









penulis:

Sri Hendana

(Founder Action Young Outshine Community)

(aktivis Komunitas Pembelajar Indonesia ),

(Ketua Dewan Kerja Ranting Tangerang 2002-2005)



Daftar Kepustakaan

Agustian, Ary Ginanjar. Emosional Spiritual Quation (ESQ). Jakarta: Arga, 2001.

Covey, Stephen R. The Seven Habits of Highly effective People. New York: Simon & Schuster Inc., 1990.

Harefa, Andrias. Menjadi Manusia Pembelajar.Jakarta: Kompas, 2000.

Nanus, Burt. Kepemimpinan Visioner.Jakarta: PT. Prehallindo, 2001.

Susanto, AB & Kardi, Koesnadi. Quantum Leadership.Jakarta : PT. Grasindo, 2003.